Tags

Ketika masih sekolah dulu, saya diajarkan sebuah kalimat yang cukup bermakna yaitu: manusia adalah makhluk sosial di dunia ini, karena manusia membutuhkan orang lain. Bahkan orang terhebat sekalipun akan selalu membutuhkan orang lain dalam setiap situasi. Saya akan menggambarkan melalui ikon – ikon yang terkenal di dunia: Batman membutuhkan pelayannya yaitu Alfred untuk membantunya merawat luka setelah dibantai para penjahat, Iron Man membutuhkan War Machine untuk menghancurkan musuh – musuh terkuatnya, bahkan Nabi Muhammad SAW membutuhkan sahabat – sahabatnya untuk berjuang di jalan kebaikan. Sehebat apapun kita di dunia ini, kita tidak lepas dari bantuan orang lain.

War Machine, Alfred dan sahabat – sahabat Nabi Muhammad adalah the unsung heroes, tanpa mereka, tokoh – tokoh yang kita kenal di atas tidak akan bisa menggapai suksesnya. The unsung heroes inilah yang menjadi jembatan kebahagiaan untuk orang lain, mereka ikhlas nama mereka tidak setenar atau jarang disebut dalam setiap legenda dunia yang mereka dunia. Sifat The Unsung Heroes inilah yang menjadi cerita saya di post ini.

Ketika di JBF ( Jakarta Book Fair ) kemarin selain mendapatkan pertemanan baru dengan teman – teman Serapium ( sebuah forum buku di Kaskus ), saya memiliki cerita lain dengan JBF, yaitu tiga kisah yang akan saya ceritakan melalui tiga paragraf pendek – pendek. kisah yang akan saya kenang karena terdapat kebahagiaan di dalamnya.

Kisah pertama, stand yang sepi. diantara puluhan atau mungkin ratusan stand di istora senayan yang menjual buku, ada banyak stand yang sepi, tapi stand ini yang menurut saya paling sepi. yang jaga stand cuman bisa bengong aja melihat stand lainnya ramai dikunjungi pengunjung JBF. Saya yang sedang mencari buku menarik melihat muka yang jaga stand yang rada sedih 😦 hati saya terdorong untuk datang ke tempatnya, dia langsung berdiri menyambut saya. raut muka sedihnya berubah menjadi rasa antusias, sambil mendemokan barang yang dia tawarkan, dia menawarkan buku juga kepada saya. sifat antusias yang dia lakukan ternyata berhasil menarik 1 – 2 orang untuk mampir ke stand-nya. kemudian ia menyambut pengunjung tersebut, diperagakanlah demonya itu. perlahan – lahan saya pergi, dari kejauhan saya melihat orang yang datang tersebut sudah membawa plastik dari stand tersebut, sepertinya satu buku hadist yang ditawarkan ke saya tadi. Melihat raut muka yang jaga stand bahagia, saya juga ikut bahagia. 😀

Kisah kedua, penjaga mesin registrasi. Cerita berbeda hadir kembali ketika saya datang ke sebuah stand yang ramai bukan main, tidak heran karena produk dan brand-nya yang sangat populer. setelah memilih buku dan membayar buku – buku di stand tersebut. Saya melihat raut muka tidak antusias mas penjaga mesin registrasi produk populer tersebut, ia sibuk menawarkan ke orang – orang untuk menjadi member produk tersebut. tapi tidak ada yang menghampirinya, karena dia kurang antusias. Saya datang ke mas penjaga mesin tersebut. aha! mukanya langsung berubah bahagia, saya ditawarkan untuk mengisi registrasi menjadi member produk tersebut, saya langsung iyakan karena gratis inikan. 😀 *apa susahnya menulis doang sih. selagi saya menulis, mas penjaga mesin registrasi ini sibuk menawarkan produk – produk yang brand ini jual kepada saya. sambil nulis, saya ajak untuk tanya jawab, saya antusias bagaimana mas ini menawarkan produknya kepada saya dengan nada yang antusias juga. Setelah memperkenalkan produk ini itu dan proses registrasi yang selesai dalam 10 menit. saya diberikan sebuah stiker dari masnya. saya berteriak, WAH DAPAT STIKER !!! nada teriak itu ternyata di dengar oleh ibu dan remaja yang sibuk bayar buku di kasir yang kemudian akhirnya berada di belakang saya untuk ikutan melakukan registrasi. saya meninggalkan dari stand tersebut, dan saya bahagia :D.

kisah ketiga, penjual stationery. Keliling JBF membuat saya lelah, kemudian saya memilih diam sejenak di sebuah pojok. Ketika saya diam, saya melihat stand yang sepi lagi *hidup memang gak adil, ada yang rame dan yang sepi gini. Saya datangin ibu – ibu berjilbab tersebut yang menjaga stand sambil ada anak kecil lagi duduk di meja, *anaknya lucu banget. 😀 dengan antusias ibu tersebut menghampiri saya, berkata “silakan mas dilihat stationery-nya”. haduh, saya berpikir mungkin kurang tepat menjual peralatan stationery ketika book fair seperti ini karena temanya kan buku. saya melihat stationery yang biasa aja seperti pulpen standard, pensil 2B dll. kasian sekali stand ibu ini sepi. lalu saya memutuskan membeli box pulpen standard saja. tidak saya duga, raut muka bahagia ibu ini ketika saya beli box pulpennya sambil mengucapkan terima kasih kepada saya. wah, saya merasakan bahagia lagi saat ini, terima kasih ya ALLAH SWT. saya pun meninggalkan lokasi stand tersebut dan berkumpul dengan teman – teman saya.

Saya merasakan bahagia sekali saat itu, bahagia karena dengan rasa antusias yang saya lakukan ternyata bisa membahagiakan penjaga stand yang sepi, teriakan saya karena dapat stiker bisa memancing orang lain buat ikutan registrasi pada mas penjaga mesin registrasi dan membeli pulpen standard bisa bikin ibu penjaga stand bahagia. saya tidak bermaksud pamer dalam cerita ini, tapi mencoba untuk teman – teman untuk percaya bahwa hal kecil yang dapat kalian lakukan bisa mendatangkan bahagia kepada orang lain. kalian adalah jembatan bahagia orang lain. kalianlah the unsung heroes sebenarnya. jangan meremehkan hal kecil yang kalian lakukan karena hal yang kalian anggap kecil ternyata adalah bermakna besar untuk orang lain. Hidup memang tidak adil kepada setiap orang, tapi kitalah keadilan itu, kitalah bahagia itu, kita melawan ketidakadilan yang disebabkan oleh hidup.

Saya akan menceritakan sikap seseorang yang selalu membuat saya bingung namun saya akhirnya mengerti mengapa orang ini bersikap seperti ini. orang ini adalah mama saya. Mama saya adalah pemakai kendaraan umum yang loyal sekali. setiap hari mama selalu naik kendaraan umum untuk pergi bekerja, entah itu angkot, bis, kereta bahkan busway. jarak yang jauh dari bekasi – jakarta tidak membuat mama menyerah dengan kendaraan umum. macet. kendaraan mogok dll dilalui mama selama ini. Ketika saya kecil, saya suka ikut kerja sama mama saya, *ikut kerja juga cuman nyusahin mama doang, numpang bobo di ruangan mama.

Ikut kerja dengan mama memang menyenangkan, karena mama selalu beliin batagor, mainan, kaset lagu dan semua yang saya inginkan. Nah! inilah sikap mama yang membingungkan, ketika di kendaraan umum, mama suka banget beli hal – hal yang ajaib menurut saya. tercatat barang – barang seperti stiker teletubies, stiker kabbah, buah – buahan kayak salak, jeruk dll, kacang, tahu, senter, buku yasin atau buku seputar agama, kanebo dan segala macamnya mama beli, bahkan koran pagi hari pun mama beli padahal mama pulangnya malam hari, *rada basi mah beritanya. Setiap hari hingga detik ini, mama selalu membeli barang – barang itu dari penjual asongan di bis, angkot, kereta dll. Ketika mama sampai rumah malam hari, saya  tanya, “mah apaan tuh”, *sambil nunjuk bungkusan plastik hitam. mama selalu jawab dengan pilihan barang – barang diatas seperti buah, stiker dll. saya selalu bilang “mah barang ginian kok dibeli sih mah”. mama menjawab simpel aja, “abisnya mama kasian bang sama yang jualan dah malem gak ada yang beli”. *gubraaaakz.

Namun, akhirnya saya mengerti kenapa mama seperti itu. mama menjadi jembatan kebahagiaan orang lain. saya sadar dan saya langsung bangga sama mama saat ini. saya belajar lagi hari ini tentang arti kebahagiaan. bahkan mama juga suka ambil uang – uang receh saya, cuman untuk pengamen di bis. Saya belajar bahwa ternyata bahagia itu adalah memberi bukan diberi. ketika kita memberikan kebahagiaan kepada orang lain, sebenarnya kita memberikan kebahagiaan kepada diri kita sendiri.

Hidup memang tidak adil, kitalah sebagai manusia yang harus membuatnya adil dengan memberikan kebahagiaan. manusialah the unsung heroes buat manusia lainnya. *jiaaah mengulang kalimat deh.

Saya mengucapkan terima kasih kepada penjaga stand yang sepi, mas mesin registrasi dan ibu berjilbab yang anaknya unyu, saya berterima kasih karena kalian telah membuat saya bahagia. terima kasih. For mama, karena mengajarkan kebahagiaan kepada abang.

– Ditulis sambil nunggu dan penasaran makanan apaan lagi yah yang dibawa mama sepulang kerja malam ini.